Pernahkah Anda merindukan tontonan kesenian tradisional seperti tari topeng, ludruk, reog, wayang, atau lainnya? Jangan-jangan hal itu malah tidak pernah terlintas dalam benak Anda.
Kesenian tradisional bangsa kita saat ini memang seolah terasing di negeri sendiri. Budaya bangsa yang seharusnya kita lestarikan itu seolah terlupakan. Padahal, era pemerintahan presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, memberikan ruang untuk berekspresi seluas-luasnya. Namun hal itu tak dimanfaatkan dengan baik oleh bangsa ini untuk membangkitkan kesenian tradisional. Masa kejayaan tradisional benar-benar sudah redup seiring berlalunya waktu.
Dalam suatu kesempatan, seniman Butet Kertaredjasa pernah bertutur, "Budayawan juga pejuang, yang memperjuangkan budayanya, untuk tidak direbut oleh negara tetangga. Maka dari itu, harus pintar." Pernyataan itu akhirnya benar-benar terbukti juga! Sebagian di antara budaya tradisional tersebut seperti reog (Ponorogo) dan Tari Pendet (Bali) sempat diklaim oleh negara tetangga sebagai kebudayaan produk Malaysia.
Di saat banyak kasus klaim atas budaya Tanah Air oleh negara tetangga, Malaysia, barulah kita terbakar amarah dan merasa cinta pada kebudayaan tradisional. Pada saat itulah kita sadar bahwa budayawan yang selama ini dianggap sebagai sosok yang biasa-biasa saja, akhirnya dianggap sebagai sosok yang penting, bahkan vital dalam mempertahankan citra kebudayaan nasional.
Bangsa ini kadang memang latah terhadap nilai-nilai baru (modern). Kita tidak pernah mau mengaca kepada bangsa-bangsa yang bisa maju dengan mengembangkan potensi lokalnya. Jepang, China, dan India adalah bangsa yang mencapai kemajuan di bidang teknologi, ekonomi, atau demokrasi, tetapi tetap berpegang teguh pada tradisi. Bangsa Indonesia secara perekonomian cenderung merosot, teknologi masih mengekor, demokrasi masih kanak-kanak.
Ironisnya lagi, beberapa orang Barat banyak sekali yang belajar karawitan, menari dan kesenian-kesenian daerah lainnya. Sementara generasi muda kita sudah tidak mau lagi belajar kesenian ini. “Tidak modis dan ketinggalan zaman”, kata mereka.
Sungguh memprihatinkan nasib kebudayaan bangsa ini. Bangsa kita menjadi rapuh, tak memiliki jati diri, gampang goyah. Hal ini dikarenakan bangsa Indonesia tidak menghargai kebudayaan dan kesenian yang menjadi identitas bangsa. Akankah suatu saat nanti justru Bangsa Indonesia yang akan mempelajari seni dan budayanya sendiri di luar negeri? Akankah kita baru tergerak untuk menyelamatkan kesenian tradisional kalau sudah ada lagi yang ‘mencuri’?
No comments:
Post a Comment
write just u like !!!!!